Air dan oksigen syarat mutlak bagi kehidupan.

Percaya atau tidak, oksigen yang biasanya dihirup kini juga bisa dikonsumsi lewat air minum. Lebih segar rasanya.
Namun bagaimana manfaatnya?
Air dan oksigen syarat mutlak bagi kehidupan.
Tanpa air metabolisme di dalam tubuh tidak bisa jalan. Berhubung sebagian besar (70%) tubuh kita berupa air, kita masih boleh hidup satu minggu lagi tanpa minum air.
Tanpa oksigen tubuh tak sanggup membakar glukosa hasil proses pencernaan makanan menjadi energi yang kita gunakan untuk beraktivitas. Dalam hitungan menit tanpa suplai 02, kita bablas, dan gelar “anumerta” pun tersemat.
Karena sama pentingnya, terbit pikiran-pikiran kreatif di kalangan industriawan untuk menciptakan air tinggi oksigen. Minuman hasil kolaborasi antara air dan zat asam itu kini  sudah banyak beredar di pasaran. Ada yang  dipasarkan dalam bentuk kemasan botol siap minum. Ada juga yang harus diperoleh lewat sebuah teko “ajaib”. Teko itu yang ditawarkan kepada konsumen, karena bisa menyulap air biasa menjadi air tinggi oksigen.
Kelihatannya, persaingan produk-produk macam itu berlangsung seru. Teristimewa karena hampir semua produk diiklankan sebagai minuman kesehatan yang bisa mencegah dan mengusir berbagai gangguan kesehatan dan penyakit.
Sering Buang Air
Tubuh manusia tidak dapat menyimpan oksigen sebagai cadangan untuk dimanfaatkan di kemudian hari.  

Dari berbagai produk air beroksigen itu, tampaknya air heksagonal inilah yang paling fenomenal dan sulit dijelaskan pada awam.
“Air kok dibikin segi enam. Mana bisa?” orang pun bertanya. Ada teknologi apa sebenarnya di balik misteri air heksagonal itu?
Sehari-hari kita hanya membedakan air dalam bentuk cair (air), padat (es), dan gas (uap).

Namun, secara kimiawi semuanya disebut air. Satu molekul air (H20) berupa dua atom hidrogen (H) yang diikat oleh satu atom oksigen (0). Ketiganya terikat dalam bentuk kaku, menyerupai huruf “V” bersudut 104,5 derajat. Atom 0 berada di bagian sudut huruf “V”, sedangkan masing-masing H berada di ujung kedua kakinya.
Dalam setetes air terkandung miliaran molekul air. Anda bisa membayangkannya, miliaran huruf “V” berjejalan dan terus-menerus bergerak secara acak. Kondisinya hiruk-pikuk dan tak beraturan. Namun, dalam keadaan tertentu  molekul-molekul air ini bisa berbaris tertib. Misalnya, dalam keadaan padat sebagai es atau salju.
Dalam bentuk es atau salju, secara alamiah molekul-molekul air berbaris rapi. Setiap enam molekul bergandeng tangan lewat ikatan hidrogen, membentuk suatu water cluster (klaster air) yang berstruktur cincin segi enam (heksagonal).
Karena klasternya berbentuk segi enam, maka di antara enam molekul itu terdapat sebuah ruang kosong, yang ukurannya lebih besar dari ukuran molekul air itu sendiri. Itu sebabnya ketika membeku, air memuai karena memakan ruang lebih besar. Di ruang ini molekul oksigen bisa terjebak, tak bisa meloloskan diri. Alhasil, struktur air heksagonal ini mengandung jumlah oksigen lebih banyak daripada struktur air biasa.
Bagaimana dengan air dalam kemasan?

Di sinilah hebatnya ilmuwan. Meski tidak  beku, molekul air bisa “dipaksa” bergandeng tangan dengan bantuan kekuatan medan magnet dan sinar inframerah, sehingga membentuk struktur heksagonal.
Strukturnya bisa ditata begitu rupa, karena molekul air memiliki sifat-sifat elektrik dan magnetik.
Namun, daya paksa ini punya keterbatasan. Jika suhu air dinaikkan, molekul-molekul air itu mendapat energi untuk melawan. Akibatnya, struktur heksagonal terurai. Air heksagonal pun berubah menjadi air biasa. Oksigen yang semula terjebak, bisa lenggang  kangkung meloloskan diri.
Langsung Diminum 
logikanya, semakin tinggi kenaikan suhu, kecil pula oksigen yang terlarut. Soalnya, kenaikan suhu membuat gerakan molekul air lebih cepat, sehingga menghancurkan struktur heksagonal dan melepas oksigen yang terperangkap.

Sebagai gambaran, pada suhu 30 derajat C, kelarutan oksigen akan turun separuh dibanding pada es. “Jangan heran kalau minum air es, terasa lebih segar ketimbang air hangat, karena kandungan oksigen dalam air es lebih tinggi,” kata Dr. Zeily Nurachman, kolega Bambang di ITB.
Titik kritis terjadi pada suhu l00 derajat C. Pada suhu didih tak ada lagi oksigen yang terlarut, alias nol. Sifrun, kata orang Arab. Dengan kalimat lain, manfaat air heksagonal sebagai pembawa oksigen akan tinggal cerita jika dipakai dengan cara dimasak.
Dr. dr. Septelia Inawati Wanandi, dari Bagian Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, bilang, air heksagonal memang sangat labil, karena menentang struktur alami air. Selain rentan suhu, ia juga bisa terurai selama masa penyimpanan.
Itu sebabnya sebagian produsen menyarankan, air heksagonal diminum kurang dari 20 menit sejak disiapkan. Sebagian yang lain menyarankan, produknya disimpan dalam lemari es bersuhu 8 derajat C, serta terhindar dari cahaya Matahari langsung.
Secara kasat mata, penampilan air heksagonal maupun air beroksigen tinggi tak jauh berbeda dengan air minum dalam kemasan. Sama-sama bening dan menjadi plin-plan jika berada di atas daun talas. Perbedaan kandungan  oksigen hanya bisa diketahui dari uji oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO).
Untuk membuktikan adanya struktur heksagonal dibutuhkan sejumlah peralatan canggih, seperti nuclear magnetic resonance (NMR). Uniknya, di pasaran kini juga beredar produk air heksagonal dalam kemasan yang harganya tak jauh beda dengan harga air minum biasa dalam kemasan. Padahal, untuk memproduksi air heksagonal dibutuhkan peralatan canggih dan tentu saja biaya mahal.
Jadi, itu air heksagonal beneran atau jadi-jadian?

0 komentar:

Posting Komentar

 
Home | Gallery | Tutorials | Freebies | About Us | Contact Us

Copyright © 2009 air kehidupan |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net